Text
Panggil aku kartini saja
Tahun 1899 seorang perempuan berdarah ningrat menolak disapa Raden Ajeng. Sebagai putri bupati, ia sebenarnya berhak menerima penghormatan itu. Tapi ia menolaknya dengan segala alasan. Di sepucuk suratnya, perempuan itu menulis: Panggil Aku Kartini saja, itulah namaku!
Kartini yang kita tahu bukan sekadar pelopor emansipasi perempuan, melainkan juga “pengkritik yang tangguh dari feodalisme budaya Jawa dengan segala tetek bengek kerumitannya”, sekaligus juga sebagai “pelopor dari sejarah modern Indonesia”. Panggil Aku Kartini Saja adalah biografi riwayat Kartini selengkap-lengkapnya, termasuk peran-peranyang Kartini emban, yang selama ini terlampau disempitkan dan disederhanakan, berikut segala kelebihan dan kekurangannya sebagai manusia.
Pramoedya ingin mengingatkan bahwa kita pernah memiliki seorang perempuan pejuang yang dikepung berlapis-lapis kerterbatasan dan hambatan, tetapi justru memiliki cita-cita dan potensi yang jauh lebih besar dari yang pernah kita bayangkan.
08787 | 920.72 Toe p | My Library (900) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain