Text
Menelusuri Peran BungKarno Dalam G30S-PKI
Penyusun buku ini, P. Bambang Siswoyo, lahir tahun 1950 di Solo. Sejak kecil ia terbiasa menerima dan hidup di antara dua alam pemikiran maupun adat istiadat yang berbeda dan diterimanya tanpa ada kecenderungan pada satu pihak. Almarhum ayahnya, Dr. Hadiwirya Sastrautama, adalah seorang yang pola pemikirannya universal, gemar akan pengetahuan, aktif dalam bidang sosial/ kemasyarakatan, Kejawen di mana salah satu teman akrabnya adalah KPH napgi aliran paham orang tokoh pendiri cabang Theostarian tarian (pantang makan daging), di Solo, serta salah se Panji Mloyo Miluhur paranormal berdarah biru yang cukup p populer. Sedang ibunya adalah seorang yang mengikuti tradisi Tionghoa kuno, buta huruf dan tekun dalam dunia dagang yang dimulainya dengan berjualan di pinggir jalan/kaki lima. Almar hum ayahnya pergaulannya luas dan terbuka sedang ibunya tertutup dan eksklusif tidak serta mau tahu akan soal-soal sosial/kemasyarakatan.
Dalam pergaulannya di masa SD dan SMP, di sekolah dia banyak bergaul dengan anak-anak keturunan Tionghoa sedang di rumah banyak bergaul de ngan anak-anak Jawa di tempat tetangganya, rumah Jawa terutama Sardono W. Kusumo, yang menjadi pusat kegiatan Kesega penari populer tari Ramayana yang dipentaskan di Candi Prambanan ketika itu. Sedang rena dia sekolah di SMA ketika di SMA, karena Negeri III Surakarta, yang waktu itu (tahun 1965- 1968) siswa keturunan a Tionghoa bisa dihitung dengan jari, maka otomatis dia banyak bergaul dengan masyarakat Jawa. Sehingga kalau study club, dia sering tidur di tempat teman-temannya seperti Ir. Sarwanto Mr. Soemaranya di Jalan Perunggu Solo, Mayor dr. Joko Yudoyoko (putera yang P. Wiryanto) di Teposanan Solo, Riswahyono dulu di Sambeng, sekarang di Bibis, dan lain-lain. Dia dekat juga dengan pihak keluarga teman temannya dan diterima tanpa prasangka rasial. Apalagi waktu itu dia sudah memakai nama Jawanya. Pada masa itu, sebelum G-30-S/PKI malat jorang sekali ada keturunan Tionghoa yang memakai nama Jawa.
Sejak di SMA, walaupun saat itu siswa-siswa juga digeloral ngat revolusi dan aktif dalam organisasi-organisasi pelajar bagian besar siswa SMA Negeri III kebanyakan adalah ang samping ada pula anggota PII, GAMKI, IPPI dan lain-lain - di untuk berpolitik dan tidak terpengaruh untuk memasuki salah pelajar tersebut. Sampai sekarang dia, tidak pernah mema politik manapun. Waktu Pemilu? Dia coblos ketiga-tiganya!
Menerima pendidikan agama Katholik sejak kelas I SMP, Laut Solo. Dipermandikan ketika lulus SMP tahun 1965. Telah kramen Penguatan pula. Kini dia "murtad" dari tradisi agama dan. nganut "Katholik KTP" saja, tetapi kepercayaannya kepada Tum nebal dengan pengalaman-pengalaman hidup yang dialaminya.
Dalam penyusunan buku ini, penyusun tidak terpengaru atau diliputí prasangka tentang Bung Karno dan keterlibatann. S/PKI. Semua diterimanya dan diolah dengan pemikiran seca
Buku-buku yang pernah disusunnya antara lain Huru-H rang, rekaman peristiwa rasialisme di Jawa Tengah tahun diteliti Laksus ketika itu), Drama Pembajakan Garuda (pern sus), Petisi 50 (ditarik dari peredaran/dilarang), Sekitar Peti (ditarik dari peredaran), Komentar Sekitar KÜHAP (pernah dilarang ikut pameran buku di Solo), Apa Itu Cinta dan Bung Karno Dalang G-30-S/PKI? (sedang diteliti Kejaksaan Agung RI).
A2 06984 | 959.8 Sis c1 | My Library (923) | Tersedia |
A2 06985 | 959.8 Sis c2 | My Library (959) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain